Selasa, 23 Maret 2010

Apakabar Palestina hari ini?


Assalamu`alaikum wr wb.

Lama nian sudah tak pernah terdengar lagi kabar dari Palestina. Apakabar Palestina hari ini? Beberapa minggu kemarin, semua anak dinegeri ini berbicara mengenai sahabat, saudara, teman, kakak, dan adik mereka yang di Palestina. Tapi hari ini kawan? Maaf, tak ada niat dihatiku membuatmu merasa jengkel untuk diingatkan mengenai kejadian beberapa minggu lalu. Aku juga paham bahwasanya kalian sedang menikmati masa-masa indah. Masa-masa sesudah valentine, masa-masa indah liburan, atau kalian sedang sibuk dengan hal lain diluar cerita ini. Aku minta maaf kawan.

Sejenak aku merenung mengenai cerita-cerita dari negeri syuhada di timur jauh sana. Sedari tadi aku tenggelam dalam irama dentuman rapai kampungku. Lamat-lamat mengantarkan aku kepangkuan ayah. Duduk diserambi rumah, meneguk secangkir kopi sembari membicarakan indahnya masa depan dikota ini. Ingin rasanya aku menuangkan cerita mengenai ayahku lagi. Begitu aku membanggakannya dihadapan kalian kawan. Tapi, aku terenyuh memilu diantara kemegahan langit malam ibukota. Dalam kerinduan aku merekuh rasa malu yang mendalam. Malu karena melupakan cerita syahid Palestina.

Koran-koran hanya sesekali menceritakan mengenai mereka. Berita-berita elektronik sudah tak se-update hari-hari yang lalu. Itu-itu saja. Tidak ada lagi jumlah korban. Siapa yang mati. Siapa yang kehilangan tangan, kaki, dan orang tua. Tidak ada. Sama sekali tidak ada. Dimana-mana hanya berbicara politik negeri ini. Mengenai pemilu, wajah-wajah orang yang ingin menjadi pahlawan. Mengenai cerita untuk dongeng-dongen anak cucu. Lalu apakabar Palestina hari ini? Bagaimana kabarnya si Ahmad? Bagaimana pula kabarnya Fatima? Lalu bagaimana kabarnya abu Musaf? Ummu aisyah bagaimana pula kabarnya? Adakah yang mengetahui mengenai cerita-cerita dari dalam rumah mereka?

Rekontruksi bergerak kesegala arah penjuru mata angin. Katanya sang angin, disana sedang dilakukan pembangunan kembali. Mengenai infrastruktur jalan, rumah sakit, sekolah-sekolah, atau bahkan sampai rumah-rumah tempat mereka berteduh. Berlindung dari dinginnya angin malam. Begitulah kabar sang angin. Tapi benarkah begitu kawan? Adakah kalian masih mengingat cerita-cerita dari mereka? Jabalia, rumah sakit As-Syifa, HAMAS, apalagi kawan? Sebutkanlah! Sebutkanlah sesuatu tentang negeri jauh di timur sana. Yahudi membabi-buta membunuhi kaum penyelemat jerussalem. Merasa menang dengan menindas anak-anak dan kaum hawa. Anak hari ini disana kehilangan ayah dan ibunya. Kawan, apa kau tahu bagaimana rasanya kehilangan ibu disaat musim perang? Apa kau mengerti bagaimana rasanya perih saat ayah dan kakak laki-lakimu ditondongi senjata? Apa kau mengerti? Ah, mungkin kalian memang tak pernah mengerti.

Tangis, tawa, senyum, haru, duka, lara, nestapa, perih, lirih, lalu akhirnya sepi. Terdiam semuanya hanya dalam balutan baju-baju zirah kebanggaan. Mati syahid kawan. Adakah hatimu bergetar mendengar kata-kata itu? Ataukah kini kita semua telah lupa bahwa impian seorang muslim adalah syahid dijalanNYA? Lalu, apa kabar Palestina hari ini? Aku terdiam saat sebuah Koran lama memampangkan kegilaan kaum yahudi ditanah al Quds. Tubuh-tubuh terbakar, rumah-rumah yang rata dengan tanah. Ini bukan tsunami kawan. Ini kebiadaban! Kebiadan manusia yang menandakan bahwa dirinya adalah kesombongan yang nyata. Jika memang demikian, maka kita yang sombongpun akan termasuk dari golongan mereka? Begitukah kejikah hati ini? Hati yang berikrar bahwa tiada tuhan selain Allah. Yang membawa NabiNYA naik kelangit dari masjid al Quds. Bukankah kalian lebih paham akan perihal ini kawan?

Hari ini, berjalan lebih dari empat bulan yang lalu. Saat perayaan malam-malam kebahagian seorang pengantin bersama kekasihnya berakhir diterjang oleh peluru yahudi. Hari ini, dimana malam tak lagi nyenyak untuk menghantarkan mimpi sepasang kekasih yang mala rindu. Hari ini, dimana seorang bayi berpisah dari kelenjar susu ibunya. Menjauh dan terus menjauh mengunjungi `Arasy Allah Sang Maha Perkasa. Berlindung dibelakang cahaya terang yang menerangkan malam. Sembari sesekali menitipkan rindu kepada kekasih belahan jiwanya di bawah sana. Di bumi Palestina. Kawan, ingin sekali aku bercerita kepadamu betapa indahnya malam-malam bertarung mengangkat senjata. Menggerakkan diri yang kelaparan demi merebut kembali hak dan harga diri. Sekaligus meninggikan kembali bendera Islam. Ingin sekali aku menceritakan betapa dinginnya ujung senjata itu bila ditodongkan di jidatmu yang bersih itu.

Kawan. Apakabarmu malam ini? Aku merasa tak pantas menanyakan kabarmu sedikitpun. Benarkan? Apa hakku, sehingga berani menganggumu dimalam-malam dan hari-hari indah seperti ini. Tak ada sama sekali. Mungkin lebih baik aku diam. Lalu bertanya dalam hati. Apa Kabarmu Palestina? Hari ini, apakabarmu? Berapa nyawa yang melayang hari ini? Berapa anak yang menjadi yatim lagi? Berapa orang yang menjadi cacat seumur hidup hari ini? Berapa rumah dan sekolah yang dihancurkan oleh tentara-tentara syetan itu! Berapa, berapa, berapa lagi? Hai angin yang menghembuskan udara kerelung kudukku, kabarkan padaku berapa lagi dari kami yang akan menjemput syahid. Berapa lama lagi kami akan berdiam diri dan sibuk kepada pertarungan pemilu raya ini. Hai angin, mengapa engkau hanya tersenyum. Seolah semburat aurat itu menganga memperlihatkan bahwa uang begitu berlebih dalam diri ini.

Katakan padaku, apakabar Palestina hari ini? Kabarmu disana membuatku bertanya-tanya. Aku merindukan cerita-cerita darimu. Apakabar mu duhai Palestina?
Wassalamu`alaikum wr wb

Tidak ada komentar: