KU JALIN SILATURAHMI
Selasa, 23 Maret 2010
Apakabar Palestina hari ini?
Assalamu`alaikum wr wb.
Lama nian sudah tak pernah terdengar lagi kabar dari Palestina. Apakabar Palestina hari ini? Beberapa minggu kemarin, semua anak dinegeri ini berbicara mengenai sahabat, saudara, teman, kakak, dan adik mereka yang di Palestina. Tapi hari ini kawan? Maaf, tak ada niat dihatiku membuatmu merasa jengkel untuk diingatkan mengenai kejadian beberapa minggu lalu. Aku juga paham bahwasanya kalian sedang menikmati masa-masa indah. Masa-masa sesudah valentine, masa-masa indah liburan, atau kalian sedang sibuk dengan hal lain diluar cerita ini. Aku minta maaf kawan.
Sejenak aku merenung mengenai cerita-cerita dari negeri syuhada di timur jauh sana. Sedari tadi aku tenggelam dalam irama dentuman rapai kampungku. Lamat-lamat mengantarkan aku kepangkuan ayah. Duduk diserambi rumah, meneguk secangkir kopi sembari membicarakan indahnya masa depan dikota ini. Ingin rasanya aku menuangkan cerita mengenai ayahku lagi. Begitu aku membanggakannya dihadapan kalian kawan. Tapi, aku terenyuh memilu diantara kemegahan langit malam ibukota. Dalam kerinduan aku merekuh rasa malu yang mendalam. Malu karena melupakan cerita syahid Palestina.
Koran-koran hanya sesekali menceritakan mengenai mereka. Berita-berita elektronik sudah tak se-update hari-hari yang lalu. Itu-itu saja. Tidak ada lagi jumlah korban. Siapa yang mati. Siapa yang kehilangan tangan, kaki, dan orang tua. Tidak ada. Sama sekali tidak ada. Dimana-mana hanya berbicara politik negeri ini. Mengenai pemilu, wajah-wajah orang yang ingin menjadi pahlawan. Mengenai cerita untuk dongeng-dongen anak cucu. Lalu apakabar Palestina hari ini? Bagaimana kabarnya si Ahmad? Bagaimana pula kabarnya Fatima? Lalu bagaimana kabarnya abu Musaf? Ummu aisyah bagaimana pula kabarnya? Adakah yang mengetahui mengenai cerita-cerita dari dalam rumah mereka?
Rekontruksi bergerak kesegala arah penjuru mata angin. Katanya sang angin, disana sedang dilakukan pembangunan kembali. Mengenai infrastruktur jalan, rumah sakit, sekolah-sekolah, atau bahkan sampai rumah-rumah tempat mereka berteduh. Berlindung dari dinginnya angin malam. Begitulah kabar sang angin. Tapi benarkah begitu kawan? Adakah kalian masih mengingat cerita-cerita dari mereka? Jabalia, rumah sakit As-Syifa, HAMAS, apalagi kawan? Sebutkanlah! Sebutkanlah sesuatu tentang negeri jauh di timur sana. Yahudi membabi-buta membunuhi kaum penyelemat jerussalem. Merasa menang dengan menindas anak-anak dan kaum hawa. Anak hari ini disana kehilangan ayah dan ibunya. Kawan, apa kau tahu bagaimana rasanya kehilangan ibu disaat musim perang? Apa kau mengerti bagaimana rasanya perih saat ayah dan kakak laki-lakimu ditondongi senjata? Apa kau mengerti? Ah, mungkin kalian memang tak pernah mengerti.
Tangis, tawa, senyum, haru, duka, lara, nestapa, perih, lirih, lalu akhirnya sepi. Terdiam semuanya hanya dalam balutan baju-baju zirah kebanggaan. Mati syahid kawan. Adakah hatimu bergetar mendengar kata-kata itu? Ataukah kini kita semua telah lupa bahwa impian seorang muslim adalah syahid dijalanNYA? Lalu, apa kabar Palestina hari ini? Aku terdiam saat sebuah Koran lama memampangkan kegilaan kaum yahudi ditanah al Quds. Tubuh-tubuh terbakar, rumah-rumah yang rata dengan tanah. Ini bukan tsunami kawan. Ini kebiadaban! Kebiadan manusia yang menandakan bahwa dirinya adalah kesombongan yang nyata. Jika memang demikian, maka kita yang sombongpun akan termasuk dari golongan mereka? Begitukah kejikah hati ini? Hati yang berikrar bahwa tiada tuhan selain Allah. Yang membawa NabiNYA naik kelangit dari masjid al Quds. Bukankah kalian lebih paham akan perihal ini kawan?
Hari ini, berjalan lebih dari empat bulan yang lalu. Saat perayaan malam-malam kebahagian seorang pengantin bersama kekasihnya berakhir diterjang oleh peluru yahudi. Hari ini, dimana malam tak lagi nyenyak untuk menghantarkan mimpi sepasang kekasih yang mala rindu. Hari ini, dimana seorang bayi berpisah dari kelenjar susu ibunya. Menjauh dan terus menjauh mengunjungi `Arasy Allah Sang Maha Perkasa. Berlindung dibelakang cahaya terang yang menerangkan malam. Sembari sesekali menitipkan rindu kepada kekasih belahan jiwanya di bawah sana. Di bumi Palestina. Kawan, ingin sekali aku bercerita kepadamu betapa indahnya malam-malam bertarung mengangkat senjata. Menggerakkan diri yang kelaparan demi merebut kembali hak dan harga diri. Sekaligus meninggikan kembali bendera Islam. Ingin sekali aku menceritakan betapa dinginnya ujung senjata itu bila ditodongkan di jidatmu yang bersih itu.
Kawan. Apakabarmu malam ini? Aku merasa tak pantas menanyakan kabarmu sedikitpun. Benarkan? Apa hakku, sehingga berani menganggumu dimalam-malam dan hari-hari indah seperti ini. Tak ada sama sekali. Mungkin lebih baik aku diam. Lalu bertanya dalam hati. Apa Kabarmu Palestina? Hari ini, apakabarmu? Berapa nyawa yang melayang hari ini? Berapa anak yang menjadi yatim lagi? Berapa orang yang menjadi cacat seumur hidup hari ini? Berapa rumah dan sekolah yang dihancurkan oleh tentara-tentara syetan itu! Berapa, berapa, berapa lagi? Hai angin yang menghembuskan udara kerelung kudukku, kabarkan padaku berapa lagi dari kami yang akan menjemput syahid. Berapa lama lagi kami akan berdiam diri dan sibuk kepada pertarungan pemilu raya ini. Hai angin, mengapa engkau hanya tersenyum. Seolah semburat aurat itu menganga memperlihatkan bahwa uang begitu berlebih dalam diri ini.
Katakan padaku, apakabar Palestina hari ini? Kabarmu disana membuatku bertanya-tanya. Aku merindukan cerita-cerita darimu. Apakabar mu duhai Palestina?
Wassalamu`alaikum wr wb
Senin, 10 Agustus 2009
PENAMPILAN SEPERTI INIBUKAN TERORIS
Setelah peristiwa pengeboman Mega Kuningan 17 Juli 2009, polisi mulai melancarkan operasi penangkapan terhadap orang-orang yang diduga teroris. Seperti kemarin baru saja kita saksikan penyergapan di Jatiasih dan Temanggung yang dilakukan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Polri. Dalam penyergapan tersebut diduga bahwa kepolisian telah berhasil menewaskan pelaku teroris nomor satu di negeri ini yaitu Noordin M Top, yang berkewanegaraan Malaysia. Di samping itu, kita lihat di beberapa tempat polisi juga melakukan raziah dengan tujuan untuk mencari orang-orang yang diduga teroris.
Namun bukanlah peristiwa ini yang kami sayangkan. Yang kami risaukan adalah tanggapan masyarakat saat ini mengenai orang-orang yang berpenampilan sama dengan pelaku-pelaku pengeboman. Sejak masa Amrozi dan Ali Imron dulu, sebagian orang memiliki anggapan bahwa orang-orang yang berjenggot dan memakai celana di atas mata kaki adalah orang-orang yang sekelompok dengan Noordin cs. Atau istri-istri mereka yang mengenakan cadar dituduh sebagai istri para teroris.
Oleh karena itu, dalam tulisan yang singkat ini, kami ingin sekali memberikan penjelasan kepada kaum muslimin bahwa tidak setiap orang yang berpenampilan sama itu memiliki kesamaan dalam tingkah laku. Jadi, belum tentu orang yang berpenampilan dengan celana di atas mata kaki atau berjenggot adalah teroris atau temannya teroris atau sekomplotan dengan teroris. Tidak otomatis dari penampilan semata seseorang bisa dituduh teroris.
Semoga setiap muslim yang membaca artikel ini mendapatkan pencerahan dan mendapatkan taufik dari Allah Ta’ala.
Selasa, 21 Juli 2009
TERUNTUK AYAH DAN IBU
Ayah, Ibu . . .
Engkau adalah pelita dalam hidup ku dan selalu merawat ku.
Engkau membimbing ku dari kecil hingga dewasa,
Ayah, Ibu . . .
Engkau adalah tuhan yang kedua bagi manusia.
Engkau tidak pernah putus asa dan lelah menyayangi aku.
Ayah, Ibu . . .
Aku anak mu selalu berbuat salah dan kadang-kadang tidak pernah menuruti kata – kata mu
Aku anak mu selalu berkata kasar dan kadang-kadang menyakiti hati mu.
Ayah, Ibu . . .
Maaf kan lah aku jika ada salah ku selama ini
Maaf kanlah jika aku tidak dapat memenuhi keinginan Ayah dan Ibu
Ayah, Ibu . . .
Aku sangat menyayangi kalian dan rindu dengan wajah mu
Terima kasih untuk mu. Semoga allah menjaga kalian dan sehat wal’afiat
Saudara ku Jangan Tinggalkan Shalat
Sesungguhnya apabila kita menyadari bahwasanya tidak ada yang namanya kehidupan abadi di dunia melainkan nanti ketika berada dalam kehidupan di akhirat. Dunia ini bukanlah merupakan tujuan akhir setiap kehidupan tetapi hanyalah tempat persinggahan sementara untuk menuju kepada keabadian, yaitu abadi di dalam surga atau selama-lamanya di neraka. Dan dunia ini adalah ladang untuk kita mempersiapkan bekal menuju tempat yang telah dijanjikan Allah Subhaanahu wa Ta’aala.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits, “Ad-dunya mazra’atul akhirah,” Dunia adalah ladang untuk akhirat. Dan ini menunjukkan bahwa antara dunia dengan akhirat ada sebuah kesinambungan dan bukan merupakan dua hal yang terpisah, diawali dengan menjalani sebuah kehidupan di dunia dan diakhiri dengan menjalani kehidupan di akhirat.
Dunia adalah tempat kita untuk melakukan berbagai macam kegiatan, terutama yang berkaitan dengan aktifitas ibadah sehingga akan berakhir dengan kebahagiaan nantinya, baik di dunia dan di akhirat. Namun sebaliknya bila semasa di dunia segala kegiatan yang dikerjakan jauh dari hal-hal yang Allah Ta’aala inginkan, maka tentu nantinya akan berakhir dengan kerugian.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman dalam Al-Qur’an di surat Al Israa’ (17) ayat 7, “In ahsantum ahsantum li anfusikum wa in asa’tum fa lahaa,” Jika kamu berbuat kebaikan berarti kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat kejahatan maka akibatnya adalah bagi dirimu sendiri.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan kalau Allah Ta’aala telah memerintahkan kepada seluruh umat manusia (dan jin) untuk berbuat kebaikan, dan hal itu difirmankan dalam surat An Nahl (16) ayat 90, “Innallaaha ya’muru bil ‘adli wal ihsaani wa iita-i dzil qurbaa wa yanhaa ‘anil fahsyaa-i wal munkari wal baghyi ya’izhukum la’allakum tadzakkaruun,” Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, memberi pertolongan kepada kerabat dan melarang berbuat yang keji, mungkar dan zalim, Allah mengajari kamu agar kamu mendapat peringatan.”
Bagi mereka yang ketika selama hidupnya sering dan banyak melakukan kebaikan maka akhir dari hidupnya juga akan mendapatkan kebaikan yang hakiki dari Allah dan digolongkan oleh-Nya masuk menjadi golongan hamba-hamba Allah yang bertakwa, seperti yang difirmankan-Nya dalam Al-Qur’an di surat An Nahl (16) ayat 30, “Wa qiila lil ladziinat taqau maadzaa anzala rabbukum qaalu khairal lil ladziina ahsanuu fii haadzihid dun-yaa hasanatuw wa la daarul aakhirati khairuw wa la ni’ma daarul muttaqiin,” Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa, “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhan kamu?” Mereka menjawab, “Kebaikan.” Bagi mereka yang berbuat kebaikan di dunia ini akan memperoleh kebaikan dan sesungguhnya negeri akhirat lebih baik, dan itulah sebaik-baik tempat orang-orang yang bertakwa.”
Di dalam ayat yang berbeda yaitu ayat 97, Allah Ta’aala berfirman, “Man ‘amila shaaliham min dzakarin au untsaa wa huwa mu’minun fa la nuhhyi-yannahuu hayaatan thayyibataw wa la najziyannahum ajrahum bi ahsani maa kaanuu ya’maluun,” Barangsiapa yang berbuat kebaikan dari laki-laki atau perempuan dan dia mukmin, niscaya Kami menghidupkannya dengan kehidupan yang baik; dan Kami memberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.
Ingat, bahwasanya di Hari Akhir nanti tidaklah seseorang akan menanggung apa yang dikerjakan orang lain melainkan hanya apa-apa yang telah diusahakan olehnya selama hidup di dunia. Allah Ta’aala berfirman dalam surat An Najm (53) ayat 38 sampai dengan 42, “Allaa taziru waaziratuw wizra ukhraa. Wa allaisa lil insaani illaa maa sa’aa. Wa anna sa’yahuu saufa yuraa. Tsumma yujzaahul jazaa-al aufaa, Wa anna ilaa rabbikal muntahaa,” Bahwa tidaklah seseorang yang berdosa akan menanggung dosa orang lain, dan bahwa bagi manusia hanyalah apa yang diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan. Kemudian Allah akan memberi balasan dengan balasan yang sempurna, dan sesungguhnya kepada Tuhanmu itulah segala kesudahan.***
Senin, 20 Juli 2009
Minggu, 14 Juni 2009
Sikap Berlebihan Sebagian Umat Islam Terhadap Natal dan Tahun Baru Merusak Akidah
Syabab.Com - Siapa yang semestinya menjadi saudara bagi kaum Muslim? Orang kafirkah atau kaum Mukmin sendiri? Kepada siapa sebenarnya loyalitas kaum Muslim diberikan? Lalu mengapa kepada kaum Kafir bekerjasama sedangkan sesama muslim saling tendang menedang? Menyedihkan. Kondisi umat saat ini berada pada taraf berfikir ummah rendah yang mengakibatkan identitas dan kemuliaan Islam dan kaum Muslim pun pudar. Seperti ikut perayaan Natal Bersama. Hal ini tak pernah terjadi sebelumnya, melainkan setelah Islam sebagai way of life diinjak-injak dan institusi Khilafah Islam diporakporandakan.
Padahal, Rasulullah Saw dan para sahabatnya telah memberikan contoh bagaimana menunjukkan kemulian dan kewibawaan Islam dan kaum Muslim. Mereka tidak pernah mempermainkan akidah islam apalagi menjualnya dengan harga yang murah. Berbeda dengan saat ini, kaum Muslim seolah tak berdaya menunjukkan kemuliaan Islam dan kaum Muslim sendiri.
Sangat disayangkan masih ada diantara kaum Muslim yang kabur dalam persoalan ini. Seperti diungkapkan oleh Komandan Satkornas Banser, H. Tatang Hidayat saat menyiapkan barisannya untuk ikut mengamankan Natal dan Tahun Baru yang berkata, "Kita berupaya memberikan rasa aman bagi saudara kita yang akan melaksanakan ibadah di hari Natalâ€.
Benarkah posisinya seperti itu? Terlalu berlebihan, padahal sudah jelas, yang semestinya menjadi saudara bagi kaum Muslim adalah kaum Muslim sendiri. Justru semestinya kaum Muslim mendakwahi dengan mengajak berfikir tentang kerusakan akidah mereka dan menunjukkan pada mereka kepada akidah yang benar. Juga sangat berlebihan dengan pengamanan natal atau gereja yang menimbulkan kesan bahwa sebagian umat Islam itu cikal bakal ketidakamanan dan selalu melakukan teror, padahal Islam sama sekali telah melarang melakukan tindakan kekerasan seperti perusakan fasilitas umum. Hingga setiap natal, Gereja pun musti diamankan, bahkan oleh sebagian elemen Islam lagi. Jelas ini akan memberikan kesan dan citra buruk negatif terhadap Islam. Bukankah Rasulullah Saw. senantiasa berdakwah dengan mengajak berfikir pada orang kafir? Lalu mengapa kesan semacam itu dimunculkan?
Natal dan Tahun Baru benar-benar telah menjadi perayaan baru bagi kaum Muslim di negeri ini. Bahkan kaum Muslim sibuk ikut-ikutan berpartisipasi dalam perayaan agama lain mulai dengan sekedar mengucapkan selamat, penggunaan aksesoris hingga ikut dalam Natal Bersama atau perayaan Tahun Baru. Padahal sudah jelas, Natal dan Tahun Baru bukanlah berasal dari akidah Islam. Ikut merayakan Natal Bersama sudah jelas keharamannya. Tentu ini akan merusak akidah kaum Muslim.
Memang saat ini berbagai upaya interfaith atau dialog antar agama terus digulirkan. Tujuannya tiada lain untuk memposisikan agama Islam itu tidak jauh berbeda dengan agama lainnya. Targetnya, kaum Muslim tidak perlu menyuarakan ajaran Islam secara keseluruhan demi toleransi. Akibatnya tak sedikit kaum Muslim memandang Islam sebatan ritual belaka. Akidah dan Syariat Islam yang sempurna tak perlu diungkapkan secara tegas dan lugas, karena khawatir merusak toleransi. Padahal seharusnya kaum Muslim melakukan dakwah kepada non-Muslim tersebut.
Demikianlah kondisi yang menyedihkan lagi-lagi menimpa umat Islam. Setelah sebelumnya, menyedihkan bagi kaum Muslim karena berhari raya pada dua hari yang berbeda yang tak pernah terjadi sebelumnya kecuali setelah ide nasionalisme mencengkram benak umat. Padahal semestinya pada hari itulah seharusnya kaum kaum Muslim bersatu dan menjadikannya sebagai hari Raya di samping Idul Fitri. Sekarang kaum Muslim malah sibuk dalam perayaan dan peribadatan non Muslim tersebut.
Ini semua disebabkan salah satunya ketika Islam tidak dijadikan sebagai ideologi, yakni jalan hidup yang memiliki akidah dan syariat yang lengkap. Ditambah lagi dengan tidak adanya institusi penjaga akidah dan syariah Islam tersebut membuat pudarnya kemuliaan dan kewibawaan Islam dan umatnya.
Kaum Muslim semestinya kembali kepada tuntutan syariat. Bersikap seperti apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Di mana mereka senantiasa tegas berhadapan dengan kaum kafir dan juga mendakwahkan Islam kepada mereka. Tidak seperti saat ini, yang tidak tegas berdakwah atau mengajak mereka untuk masuk ke dalam Islam.
Hanya khilafah yang akan membawa kembali kemuliaan bagi kaum Muslim sehingga menempatkan kembali loyalitas mereka hanya untuk Allah, Rasul-Nya dan kaum Mukmin dan bukan untuk kaum Kafir. Untuk itu, kaum Muslim sudah menjadi kewajiban untuk mengembalikan kembali kemulian Islam dan umatnya dengan berjuang demi tegaknya syariah di bawah payung bendera Rasulullah Saw. laa ilaaha illallah muhammad rasulullah. Kapan? Tentu saat ini, sebelum ajal tiba. Insya Allah! [opini/syabab.com]
< Prev Next >
Padahal, Rasulullah Saw dan para sahabatnya telah memberikan contoh bagaimana menunjukkan kemulian dan kewibawaan Islam dan kaum Muslim. Mereka tidak pernah mempermainkan akidah islam apalagi menjualnya dengan harga yang murah. Berbeda dengan saat ini, kaum Muslim seolah tak berdaya menunjukkan kemuliaan Islam dan kaum Muslim sendiri.
Sangat disayangkan masih ada diantara kaum Muslim yang kabur dalam persoalan ini. Seperti diungkapkan oleh Komandan Satkornas Banser, H. Tatang Hidayat saat menyiapkan barisannya untuk ikut mengamankan Natal dan Tahun Baru yang berkata, "Kita berupaya memberikan rasa aman bagi saudara kita yang akan melaksanakan ibadah di hari Natalâ€.
Benarkah posisinya seperti itu? Terlalu berlebihan, padahal sudah jelas, yang semestinya menjadi saudara bagi kaum Muslim adalah kaum Muslim sendiri. Justru semestinya kaum Muslim mendakwahi dengan mengajak berfikir tentang kerusakan akidah mereka dan menunjukkan pada mereka kepada akidah yang benar. Juga sangat berlebihan dengan pengamanan natal atau gereja yang menimbulkan kesan bahwa sebagian umat Islam itu cikal bakal ketidakamanan dan selalu melakukan teror, padahal Islam sama sekali telah melarang melakukan tindakan kekerasan seperti perusakan fasilitas umum. Hingga setiap natal, Gereja pun musti diamankan, bahkan oleh sebagian elemen Islam lagi. Jelas ini akan memberikan kesan dan citra buruk negatif terhadap Islam. Bukankah Rasulullah Saw. senantiasa berdakwah dengan mengajak berfikir pada orang kafir? Lalu mengapa kesan semacam itu dimunculkan?
Natal dan Tahun Baru benar-benar telah menjadi perayaan baru bagi kaum Muslim di negeri ini. Bahkan kaum Muslim sibuk ikut-ikutan berpartisipasi dalam perayaan agama lain mulai dengan sekedar mengucapkan selamat, penggunaan aksesoris hingga ikut dalam Natal Bersama atau perayaan Tahun Baru. Padahal sudah jelas, Natal dan Tahun Baru bukanlah berasal dari akidah Islam. Ikut merayakan Natal Bersama sudah jelas keharamannya. Tentu ini akan merusak akidah kaum Muslim.
Memang saat ini berbagai upaya interfaith atau dialog antar agama terus digulirkan. Tujuannya tiada lain untuk memposisikan agama Islam itu tidak jauh berbeda dengan agama lainnya. Targetnya, kaum Muslim tidak perlu menyuarakan ajaran Islam secara keseluruhan demi toleransi. Akibatnya tak sedikit kaum Muslim memandang Islam sebatan ritual belaka. Akidah dan Syariat Islam yang sempurna tak perlu diungkapkan secara tegas dan lugas, karena khawatir merusak toleransi. Padahal seharusnya kaum Muslim melakukan dakwah kepada non-Muslim tersebut.
Demikianlah kondisi yang menyedihkan lagi-lagi menimpa umat Islam. Setelah sebelumnya, menyedihkan bagi kaum Muslim karena berhari raya pada dua hari yang berbeda yang tak pernah terjadi sebelumnya kecuali setelah ide nasionalisme mencengkram benak umat. Padahal semestinya pada hari itulah seharusnya kaum kaum Muslim bersatu dan menjadikannya sebagai hari Raya di samping Idul Fitri. Sekarang kaum Muslim malah sibuk dalam perayaan dan peribadatan non Muslim tersebut.
Ini semua disebabkan salah satunya ketika Islam tidak dijadikan sebagai ideologi, yakni jalan hidup yang memiliki akidah dan syariat yang lengkap. Ditambah lagi dengan tidak adanya institusi penjaga akidah dan syariah Islam tersebut membuat pudarnya kemuliaan dan kewibawaan Islam dan umatnya.
Kaum Muslim semestinya kembali kepada tuntutan syariat. Bersikap seperti apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Di mana mereka senantiasa tegas berhadapan dengan kaum kafir dan juga mendakwahkan Islam kepada mereka. Tidak seperti saat ini, yang tidak tegas berdakwah atau mengajak mereka untuk masuk ke dalam Islam.
Hanya khilafah yang akan membawa kembali kemuliaan bagi kaum Muslim sehingga menempatkan kembali loyalitas mereka hanya untuk Allah, Rasul-Nya dan kaum Mukmin dan bukan untuk kaum Kafir. Untuk itu, kaum Muslim sudah menjadi kewajiban untuk mengembalikan kembali kemulian Islam dan umatnya dengan berjuang demi tegaknya syariah di bawah payung bendera Rasulullah Saw. laa ilaaha illallah muhammad rasulullah. Kapan? Tentu saat ini, sebelum ajal tiba. Insya Allah! [opini/syabab.com]
< Prev Next >
Jumat, 12 Juni 2009
Tujuh Lapisan Bumi
Ketika para ilmuwan mulai meneliti lembah-lembah di bumi untuk mengenal struktur dan unsur-unsurnya, mereka menemukan mitos dan dongeng yang mendominasi abad-abad terakhir itu tidak memiliki dasar ilmiah. Setelah para ilmuwan menemukan bahwa bumi berbentuk bulat telur, maka mereka menduga bahwa inti bola bumi ini mempunyai suatu nukleus, dan cangkangnya adalah kerak bumi yang sangat tipis jika dibandingkan dengan ukuran bumi. Dan antara dua lapisan ini ada lapisan ketiga yang biasa disebut dengan kata mantel. Ini merupakan pengetahuan awal para ilmuwan.
Perkembangan Fakta-fakta Ilmiah
Teori Tiga Lapisan ini tidak cukup lama bertahan karena penemuan-penemuan yang terbaru di sistem geologi. Pengukuran-Pengukuran dan percobaan-percobaan terbaru menunjukkan bahwa Artikel yang berisi nukleus dari bumi itu berada di bawah tekanan yang sangat tinggi, tiga juta kali lebih dari permukaan bumi.
Di bawah tekanan seperti itu, zat berubah bentuk menjadi solid, dan hal ini pada gilirannya membuat inti bumi itu sangat solid. Inti bumi ini dikelilingi suatu lapisan zat cair dengan suhu yang sangat tinggi. Ini berarti bahwa ada dua lapisan di dalam inti bumi, bukan satu. Satu lapisan di dalam pusat yang dikelilingi lapisan zat cair.
Hal itu diketahui sesudah alat-alat pengukur dikembangkan dan memberi para ilmuwan suatu perbedaan yang jelas antar lapisan-lapisan bumi bagian dalam. Jika kita turun ke bawah bumi yang keras, kita akan menemukan lapisan batu-batu yang sangat panas, yaitu batu yang berfungsi untuk membungkus. Setelah itu ada tiga lapisan terpisah, di mana masing-masing itu berbeda kepadatan, tekanan dan suhu yang berbeda-beda.
Oleh karena itu para ilmuwan mengklasifikasi lapisan-lapisan bumi menjadi tujuh lapisan, tidak lebih. Gambar menunjukkan lapisan-lapisan ini dengan dimensi masing (beberapa di luar skala), sesuai yang ditemukan para ilmuwan baru-baru ini dengan berbagai metode seperti menggunakan alat pengukur gempa bumi dan studi medan magnetik bumi, dan juga teknik-teknik yang lain. Berbagai studi dan penemuan tersebut saat ini diajarkan kepada para mahasiswa fisika di berbagai universitas.
Gambar ini menunjukkan tujuh lapisan Bumi, memberitahukan bahwa kerak bumi adalah lapisan sangat tipis yang disusul dengan mantel dengan berbeda-beda ketebalannya, lalu disusul lapisan-lapsan yang terdiri zat cair, dan diakhiri dengan yang lapisan ketujuh, yaitu nukleus padat.
Para ilmuwan juga menemukan bahwa atom terdiri dari tujuh lapisan atau tingkatan, dan hal ini membuktikan keseragaman ciptaan, di mana bumi mempunyai tujuh lapisan dan atom-atom mempunyai tujuh lapisan juga. Subhanallah.
Tujuh lapisan bumi itu sangat berbeda-beda dari segi struktur, kepadatan, suhu dan bahannya. Oleh karena itu, tidak seorang pun menganggap bumi itu hanya mempunyai satu lapisan sebagai orang di masa lampau berpikir. Di sini kita menemukan bahwa pemikiran bahwa bumi mempunyai lapisan-lapisan merupakan berkara baru dan tidak dikenal atau yang dikemukakan pada waktu al-Qur’an itu sedang diturunkan. Penemuan-penemuan ini dikemukakan para ilmuwan abad 21 kepada kita, tetapi sejak dahulu Kitab Allah telah memberitahu kita tentang hal tersebut.
Informasi di dalam al-Qur’an al-Karim
Al-Qur’an al-Karim, perkataan Tuhan, menuturkan kepada kita tentang tujuh lapisan langit dan tujuh lapisan bumi di dalam dua ayat berikut:
‘Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?’ (al-Mulk: 3)
Allah juga berfirman, ‘Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.’ (ath-Thalaq: 12) Ayat pertama bericara kepada kedua tentang dua sifat langit: bilangan langit itu, yaitu tujuh, dan bentuk langit, yaitu berlapis-lapis. Inilah arti kata thibaqan yang kita temukan di dalam kitab-kitab tafsir al-Qur’an dan kamus-kamus bahasa Arab. Sedangkan ayat kedua menegaskan bahwa bumi itu menyerupai langit, dan hal itu diungkapkan dengan kalimat, ‘Dan seperti itu pula bumi.’ Sebagaimana langit itu berlapis-lapis, maka begitu pula bumi, dan masing-masing jumlahnya tujuh lapisan.
Informasi dalam Sunnah
Seandainya kita meneliti hadits-hadits Rasulullah saw, maka kita menemukan sebuah hadits yang menegaskan keberadaan tujuh lapis bumi, maksudnya tujuh lapis yang sebagiannya membungkus sebagian yang lain. Nabi saw bersabda, ‘Barangsiapa yang menyerobot sejengkal tanah, maka Allah akan menimbunnya dengan tujuh lapis bumi.’ (HR Bukhari) Kata menimbun di sini diungkapkan dengan kata thawwaqa yang secara bahasa berarti meliputinya dari semua sisi.
Pertanyaannya di sini adalah: Bukankah hal ini merupakan mukjizat Nabawi yang besar? Bukankah hadits yang mulia ini telah menentukan bilangan lapisan bumi, yaitu tujuh, dan menentukan bentuk lapisan itu, yaitu meliputi dan menyelubungi. Bahkan hadits ini memuat sinyal tentang bentuk bulat atau semi-bulat. Al-Qur'an dan Sunnah telah mendahului ilmu pengetahuan modern dalam mengungkapkan fakta yang ilmiah ini. Selain itu, al-Qur'an juga telah memberi kita penelasan yang tepat mengenai struktur bumi dengan menggunakan kata thibaqan.
Langganan:
Postingan (Atom)